Matanya yang begitu jernih membuat aku terpaku saat memandangnya. Itulah kali pertama aku menyukai seseorang. Aku sangat senang bisa satu kelas dengannya. Sampai suatu saat guruku salah menyebut namaku dan disanalah aku mulai dekat dengannya. Hampir tiap hari ia mengejekku. Bukan marah aku malah senang.
Tiap hari aku selalu menunggu hari sekolah tiba. Aku selalu berusaha datang lebih pagi agar bisa puas memandangnya. " Dug...Dug...Dug.." terdengar sebuah langkah kaki mendekatiku. " Hai ca kamu lagi ngerjain tugas apa" ucapnya sambil duduk di bangku sebelahku. " Oh... I...Ini aku lagi iseng aja isi soal-soal LKS" kataku sambil gemetar. Tak lama kemudian datanglah temanku yang lain dan dia langsung beranjak dari kursinya meninggalkanku. Sedikit sedih waktu itu rasanya.
Setelah bel istirahat selesai, kami kelas 7G semua berhamburan ke lapangan untuk berolahraga. Kami semua berbaris sesuai instruksi dari pak guru. Waktu itu guruku sedang menjelaskan materi mengenai basket. Kami semua menyimak agar saat praktek tak jadi kesalahan. Namun tiba - tiba " Pluk" ada sesuatu yang mengenai tangan kanan ku seperti batu. Aku lalu mencari dari mana sumber batu itu. Kemudian temanku memberitahu " Ca itu tadi diza melempar batu padamu " sahut Farhan temanku. " Awas yah diza akan kubalas" gumamku dalam hati. Aku pun berusaha mencari celah agar aku bisa membalasnya namun aku selalu gagal. Sementara disana diza terus meledekku, dengan spontan aku berdiri dan mengejarnya. Diza tak mau kalah dia lari juga menjauh dari barisan. Semua temanku bersorak " Cie...Cie" tapi kami tak menghiraukan sampai terdengar " Ica... Diza kalian itu saya sedang menerangkan kenapa kalian lari- lari, kalian tidak sopan sebagai hukuman kalian lari 10 keliling lapangan ini " tukas guruku marah. " Ta...Ta... Tapi pak itu semua salah diza " jawabku memelas. " Bapa tak mau dengar alasan kalian, cepat laksanakan kalau tidak bapak tambah lagi hukumannya" jawab guruku. " Oh..Iya..Iya pak kami siap melaksanakan hukuman" jawab kami berdua.
" Tuh kan gara-gara km ca kita jadi di hukum" kata diza memandangku " idih apa kamu nyalahin, bukannya kamu yang mulai semua ini " jawabku sedikit kesal. " Ih dasar cewe itu sukanya marah-marah " jawabnya meledek sambil memencet hidungku. " ihh...Diza awas yah" teriakku . Tak lama kemudian aku hanya tertawa kecil baru kali ini dia menyentuhku.
Aku semakin betah berada di sekolah. Sering kali saat aku memandangnya dari jauh, dia selalu menemukan mataku dan hal itu membuatku malu. Rasa itu semakin tumbuh memenuhi hatiku. Hingga temanku bisa melihatnya dari mataku. " Ica kamu suka yah sama Farhan" kata Indri temanku " Apaan sih Indri, aku sukanya juga sama diza" jawabku tanpa sadar. " Cie.. temen-temen ternyata benar Ica suka sama diza" teriaknya membuat seisi kelas bersurak. Aku mencari diza , sepertinya dia marah karena langsung pergi keluar kelas. Aku sungguh menyesal kenapa harus bicara seperti itu. Selama satu Minggu aku dia tak mau berbicara denganku. Aku sedih merasa kehilangan. Hingga suatu hari saat aku duduk di tangga. " Hei.., jelek jangan menghalangi jalan" kata diza sambil mencubit ku. Aku merasa senang karena dia mau menyapaku lagi.
Semakin hari hubungan kami kembali normal. Tak pernah ada kata maaf yang aku lontarkan atas kejadian waktu itu. Namun masalah pun muncul kembali saat sedang UAS. Salah satu temanku membaca diaryku mengenai perasaanku terhadap diza. Disanalah diza benar-benar marah terhadapku dan tak mau kenal lagi denganku.
Hampir pada suatu hari ada temanku yang iseng memberikan bukuku kepada diza. Saat dia melihat nama dari buku itu " Ica" ia melempar buku itu sambil pergi dengan marah. Aku hanya bisa menangis. Sebegitu bencikah dia terhadapku. Sampai dia tak mau lagi melihat namaku.
Kenaikan kelas pun terjadi. Aku berharap bisa sekelas dengannya tapi tidak. Dia berada di kelas 8e dan aku di 8c. Sedih tak bisa melihatnya lagi. Sampai suatu hari aku berpapasan dengannya di waktu istirahat. Tapi saat diza melihatku dia langsung mengambil jalan lain. Aku hanya terdiam terpaku sambil menahan rasa sakit. Tak lama dari itu aku mendengar bahwa dia akan pindah dari sekolah ini. Semua teman- temannya menyalahkan ku. " Tuh kan ca, gara gara kamu punya perasaan, sekarang diza pindah kan" kata Akmal salah satu teman diza. " Maaf mal, aku salah ".
Semenjak itu aku tak pernah bertemu lagi dengannya. Sampai aku lulus dari SMA bayangan tentangnya tak pernah hilang. Kuputuskan untuk datang ke SMP ku dulu. Kebetulan waktu itu sedang libur. Jadi kondisi sekolah sepi. Aku meminta izin kepada penjaga sekolah untuk masuk. Ia pun mengizinkan karena sudah lama mengenalku. Aku mulai menelusuri koridor sekolah. Kurasakan angin itu menyapaku seakan meningkatkan kembali akan memori yang pernah ada. Aku masuk ke kelas 7G, tak banyak yang berubah dari kelas ini. Hanya saja warna cat yang lebih terang dari zaman ku dulu. Aku berdiri di depan kelas mengingat kembali masa lalu. Terlihat jelas bayangannya saat duduk tepatnya di meja paling depan sebelah pintu masuk, ku ingat tas selendang warna biru yang selalu ia kenakan hingga saat dia pindah aku membeli tas yang bewarna sama untuk sekedar pengobat rasa rindu, kulihat ke arah lapangan dari dalam kelas teringat saat kita dihukum disana. Teringat pula saat pulang sekolah kami saling berkejaran karena dia mencubitku. Hah... Semua rasa rindu itu terobati. Terimakasih cinta pertamaku ,,, telah membuat serpihan cerita di hidupku. Hari ini aku rindu padamu bukan sebagai cinta lagi tapi sebagai teman masa kecilku. Maafkan aku yang begitu sulit melupakanmu dan terimakasih pernah ada dalam hidupku teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar