*Catatan Satu*
Gadis Kecil Yang Penuh Ambisi
Semenjak tinggal di rumah kakak, aku mulai menjadi gadis yang mandiri. Bila menginginkan sesuatu aku harus berjuang terlebih dahulu. Tidak seperti saat tinggal dengan Ibu dan Bapak. Apapun keinginanku dapat terwujud saat itu juga, terkadang tanpa memikirkan keadaan mereka.
Namun maha besar Allah, saat Dia memberikan ujian, tidaklah sertamerta dalam hal yang sia-sia. Tetapi Dia selalu memberikan hikmah di setiap kejadian. Tinggal bagaimana kita selaku hambanya dapat menyikapi hal itu dengan bijak.
Teringat sebuah cerita tentang pengalaman pribadi di masa lalu. Ingatan yang terkadang membuatku sedih saat aku harus berusaha mempertahankan pendidikanku. Kadang ingatan itu datang sebagai hal yang lucu, saat aku rela berjalan kaki belasan kilometer hanya untuk sebuah" Baso Ikan". Namun aku pun kadang bangga saat ingatan itu datang menjadi penyemangat dikala aku lelah menjalani hidup. Dikala aku mulai putus asa untuk tetap melanjutkan dan merealisasikan mimpi-mimpi ku. Mimpi yang terkadang selalu di anggap remeh orang lain. Katanya aku terlalu serakah bila menginginkan keahlian dalam beberapa bidang sekaligus.
***
Siang itu bel istirahat berbunyi. Semua siswa Mts Negeri 1 berhamburan keluar lapangan menghampiri para pedagang yang menjajakan berbagai macam makanan. Tercium bau makanan yang menusuk kedalam rongga hidungku, sehingga memberikan stimulus lapar dalam perutku. Ku amati dari arah mana makanan lezat itu berasal. Akhirnya kutemui seorang kakek penjual baso ikan. Dagangannya dikerubungi oleh para siswa tertanda memang banyak peminatnya. Sampai kulihat anak-anak itu saling berebutan minta dilayani terlebih dahulu keinginannya. Aku yang tidak memiliki uang jajan hanya bisa duduk kembali di koridor kelas yang menghadap lapang. Kutatap kegembiraan dari wajah-wajah kawanku, dengan lahapnya mereka menyantap jajanannya. Semakin membuat perutku lapar. Tidak mau seperti itu terus, aku beranjak pergi menuju masjid sekolah. Berharap rasa lapar ini sedikit terlupakan. Namun alhasil hal itu tidak membuat keadaan lebih baik.
"Allah...hu Akbar"... Kulantunkan kalimat takbir mengawali shalat duha. Baru saja lenganku menyentuh perut, seketika muncul kembali ingatan mengenai lezatnya rasa baso ikan. Aku terus memikirkannya hingga terasa seperti gurih dan pedas dalam mulutku.
Tak lama dari itu aku sadari bahwa shalatku tidak khusyu. Segera aku beristigfar dan kembali mengambil air wudhu. Kemudian aku tegakkan kembali shalatku. Sampai di akhir salam aku langsung bersujud memohon ampunan kepada-Nya mengenai kesalahanku barusan. Aku berdoa " Ya Allah berikanlah hamba mu ini kesempatan untuk merasakan nikmatnya memakan baso ikan itu" Aamiin
Terkadang jika mengingat kembali doa tersebut , aku selalu tertawa kecil. Menyadari ada sedikit kekonyolan yang pernah aku perbuat.
Saat pulang sekolah, aku pikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang untuk membeli baso ikan tersebut. Akhirnya munculah dibenaku untuk tidak menggunakan uang saku yang diberikan kakaku untuk transportasi. Iyah aku berpikir untuk berjalan kaki saja menuju sekolah. Tanpa berpikir panjang aku lantas menyetujui ide itu dalam hati.
Keesokan harinya aku pergi dari rumah setelah sholat subuh. Kakakku heran dengan sikapku yang tidak biasanya pergi sepagi itu.
" Zha, kenapa kamu pergi sepagi ini ? " kata kakakku sedikit heran
" I..ini teh iya biar nyampe sekolah tepat waktu saja" Kataku sedikit terbata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar