Senin, 12 Juni 2017

Because

Untuk apa kamu menulis ? Mengapa kamu yakin bukumu akan banyak peminatnya ? Apa yang mendasari judul buku itu ? Mungkin itulah pertanyaan yang suatu saat pasti akan keluar dari pembaca buku ini.

Untuk apa saya menulis ? Agar saya bisa tetap hidup dengan karya saya meskipun nanti saya akan tiada. Dengan tulisan saya akan selalu hadir disetiap zaman. Akan menemani anak cucu saya di masa yang akan datang. Meski tanpa jasad yang tidak bisa mereka lihat. Tapi saya yakin mereka bisa merasakan kehadiran saya dalam hatinya.

Mengapa saya yakin bahwa buku yang saya buat akan banyak peminatnya ? Oh jelas, tentu saja sebagai seorang penulis harus memiliki keyakinan yang kuat. Bagaimana buku itu banyak peminatnya  jika penulisnya saja sudah pesimis. Itulah semangat yang selalu saya hadirkan sebelum menulis. Saya akui buku ini belum sehebat penulis papan atas seperti asma nandia, Andrea Hirata dan yang lainnya. Tapi saya yakin setiap orang bisa terinspirasi oleh racikan Tinta yang di buat oleh saya.

Mengapa saya memilih judul " Racikan Tinta Calon Apoteker"?

Tulisan ini bukan sekedar untuk memenuhi tugas dari dosen Jurnalistik saya saja. Akan tetapi saya menulis ini memang ingin memberikan sebuah inspirasi bagi orang lain. Semua tulisan dalam buku ini sebagian besar adalah mengenai pengalaman pribadi saya.

Tentang seorang remaja yang memiliki mimpi yang besar. Sebenarnya dia ingin sekali kuliah di jurusan farmasi. Setelah lulus SMK dia berusaha bekerja keras di apotek selama dua tahun. Namun apalah daya uang yang ditabungkan masih belum cukup. Akhirnya ia mencoba banting setir ke jurusan yang lain. Dan jurusan komunikasilah yang ia pilih. Dia memang bukan orang yang handal dalam berbicara. Bahkan bisa dibilang sangat pemalu. Namun karena dia tahu bahwa jurnalistik merupakan bagian dalam komunikasi, ia rasa tidak akan salah mengambil jurusan.

Tapi setelah dijalani memang benar, semuanya tidak sesuai dengan passion nya. Namun apapun itu dia yakin inilah pilihan terbaik dari Tuhan.

Adapun penjelasan mengenai pengambilan judul adalah kata  "Racikan Tinta" artinya adalah sebuah tulisan yang tak hanya di goreskan begitu saja diatas kertas. Tapi penulis telah meraciknya. Agar yang dibaca penulis bisa bermanfaat layaknya obat yaitu menyembuhkan. Dalam artian menyembuhkan hati pembaca yang terluka akibat mimpi yang tak bisa diraih. Menyembuhkan seseorang yang tidak suka menulis agar berani memulai untuk mengabadikan karyanya.

Sedangkan "Calon Apoteker" adalah harapan penulis di kemudian hari. Dia yakin suatu saat bisa menjadi seorang Apoteker yang bermanfaat bagi orang banyak. Tak hanya ilmunya saja yang dapat menjadi media penyembuh banyak orang. Tetapi Apoteker yang pandai menulis juga. Dengan karyanya mengenai kesehatan ia bisa menjadi referensi pengobatan yang hebat di dunia.

Salam Literasi

Calon Apoteker.

Senin, 05 Juni 2017

Racikan Tinta Calon Apoteker

*Catatan Satu*
Gadis Kecil Yang Penuh Ambisi

Semenjak tinggal di rumah kakak, aku mulai menjadi gadis yang mandiri. Bila menginginkan sesuatu aku harus berjuang terlebih dahulu. Tidak seperti saat tinggal dengan Ibu dan Bapak. Apapun keinginanku dapat terwujud saat itu juga, terkadang tanpa memikirkan keadaan mereka.

Namun maha besar Allah, saat Dia memberikan ujian, tidaklah sertamerta dalam hal yang sia-sia. Tetapi Dia selalu memberikan hikmah di setiap kejadian. Tinggal bagaimana kita selaku hambanya dapat menyikapi hal itu dengan bijak.

Teringat sebuah cerita tentang pengalaman pribadi di masa lalu. Ingatan yang terkadang membuatku sedih saat aku harus berusaha mempertahankan pendidikanku. Kadang ingatan itu datang sebagai hal yang lucu, saat aku rela berjalan kaki belasan kilometer hanya untuk sebuah" Baso Ikan". Namun aku pun kadang bangga saat ingatan itu datang menjadi penyemangat dikala aku lelah menjalani hidup. Dikala aku mulai putus asa untuk tetap melanjutkan dan merealisasikan mimpi-mimpi ku. Mimpi yang terkadang selalu di anggap remeh orang lain. Katanya aku terlalu serakah bila menginginkan keahlian dalam beberapa bidang sekaligus.

***
Siang itu bel istirahat berbunyi. Semua siswa Mts Negeri 1 berhamburan keluar lapangan menghampiri para pedagang yang menjajakan berbagai macam makanan. Tercium bau makanan yang menusuk kedalam rongga hidungku, sehingga memberikan stimulus lapar dalam perutku. Ku amati dari arah mana makanan lezat itu berasal. Akhirnya kutemui seorang kakek penjual baso ikan. Dagangannya dikerubungi oleh para siswa tertanda memang banyak peminatnya. Sampai kulihat anak-anak itu saling berebutan minta dilayani terlebih dahulu keinginannya. Aku yang tidak memiliki uang jajan hanya bisa duduk kembali di koridor kelas yang menghadap lapang. Kutatap kegembiraan dari wajah-wajah kawanku, dengan lahapnya mereka menyantap jajanannya. Semakin membuat perutku lapar. Tidak mau seperti itu terus, aku beranjak pergi menuju masjid sekolah. Berharap rasa lapar ini sedikit terlupakan. Namun alhasil hal itu tidak membuat keadaan lebih baik.

"Allah...hu Akbar"... Kulantunkan kalimat takbir mengawali shalat duha. Baru saja lenganku menyentuh perut, seketika muncul kembali ingatan mengenai lezatnya rasa baso ikan. Aku terus memikirkannya hingga terasa seperti gurih dan pedas dalam mulutku.

Tak lama dari itu aku sadari bahwa shalatku tidak khusyu. Segera aku beristigfar dan kembali mengambil air wudhu. Kemudian aku tegakkan kembali shalatku. Sampai di akhir salam aku langsung bersujud memohon ampunan kepada-Nya mengenai kesalahanku barusan. Aku berdoa " Ya Allah berikanlah hamba mu ini kesempatan untuk merasakan nikmatnya memakan baso ikan itu" Aamiin

Terkadang jika mengingat kembali doa tersebut , aku selalu tertawa kecil. Menyadari ada sedikit kekonyolan yang pernah aku perbuat.

Saat pulang sekolah, aku pikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang untuk membeli baso ikan tersebut. Akhirnya munculah dibenaku untuk tidak menggunakan uang saku  yang diberikan kakaku untuk transportasi. Iyah aku berpikir untuk berjalan kaki saja menuju sekolah. Tanpa berpikir panjang aku lantas menyetujui ide itu dalam hati.

Keesokan harinya aku pergi dari rumah setelah sholat subuh. Kakakku heran dengan sikapku yang tidak biasanya pergi sepagi itu.
" Zha, kenapa kamu pergi sepagi ini ? " kata kakakku sedikit heran

" I..ini teh iya biar nyampe sekolah tepat waktu saja" Kataku sedikit terbata